Friday, August 8, 2014

Rinjani, yang akhirnya bukan sekedar Mimpi (bagian satu)




Semua Karena Hilal…


Dua bulan sebelumnya saya berjanji untuk jadi anak baik, nggak akan ngetrip sebelum urusan kuliah kelar. Bahkan, seorang teman mengancam untuk nggak mau kenal lagi kalau sampai semester ini gagal. Ini agak lebay tapi lumayan nakutin, (kamu jahat).  
Rinjani memang jadi mimpi, meski belum terlalu terobsesi.  Karena katanya, “Takkan lari gunung dikejar”, jadi ya santai aja, tunggu rejekinya datang. 
Di minggu tenang sebelum UAS, saya kembali diracuni untuk kemping ceria di Papandayan, saya menyebutnya "mindahin dapur" karena di sana kerjaannya cuma masak dan makan, kemping semalam - logistiknya satu minggu.  
Dan sialnya, ada yang nyeletuk dengan enteng, “Rinjani yukk”  Tapi di telinga saya lebih terdengar seperti orang yang ngajakin ke toilet, “Eh, anterin gue pipis”

Dengan ketinggian 3.726 Mdpl, trek yang kebayang sulit. Saya akui, saya cukup terBrain-wash sama hasil gugling jalur Rinjani, dominasi pasir berbatu dan tebing, cukup membuat saya menelan ludah berkali-kali.  

Bukan tanpa persiapan untuk memijakkan kaki di tempat persinggahan sang Dewi Anjani.  Bahkan tidak ada harapan bagi saya mengunjunginya di tahun ini, mungkin baru akan kesana tahun depan, atau benar kata teman, setelah lulus kuliah. 

Singkat cerita, selalu ada rejeki yang tak terduga. Tanggal 13 Juni, tiket PP CGK-LOP terissued dengan mulus, tertera untuk tanggal 29 Juli – 4 Agustus 2014. Ini bukan modal nekat, sampai sekarang pun saya masih belum menyangka kalau satu keinginan itu tercapai. Semua begitu cepat. Tiket itu saya dapatkan setelah saya memenangkan  travel voucher dari Campina Ice Cream, Thanks! 
Akhirnya, kurang dari satu bulan saya dituntut untuk mempersiapkan diri.

-Cont-

2 comments:

Anonymous said...

Ihhh keren....kangen ngebolaaaang. Udah lama banget nyekip ajakan gendong" keril....des. Kalo udah lengkap tayangin di web JP yah...

Lestari Desy said...

Wahhh.. dibaca euy. Siaapp... 😀😀😀