Kemudian…
Dibakar matahari, lagi. Saya sudah terbangun di depan tenda. Rupanya perjalanan menuju puncak tadi singkat, seperti mimpi meskipun saya tergopoh-gopoh dibuatnya. Rasa kantuk yang tak terkendali membuat saya terkapar di atas flysheet setelah 2 jam menempuh perjalanan kembali ke Plawangan.
Saya merasakan aroma daging bakar dari hidung saya sendiri, peuriiih jendral.
Saya merasakan aroma daging bakar dari hidung saya sendiri, peuriiih jendral.
Siangnya, perjalanan masih berlanjut menuju danau, hati saya exited namun kaki saya teriak-teriak minta dicopot aja. Jalan aja gih pake hati. Gitu masa katanya. Jahat L.
Saya bahagia karena pada logikanya untuk jalan ke danau adalah menurun, iya memang menurun, menurun dengan kemiringan yang ngga stabil. Sesekali harus merayap cantik dengan mengandalkan pegangan besi. Melewati beberapa anak tangga dan trek berkontur batu.